Difabel Penjual Kopi Keliling, Inspirasi dan Motivasi Sesama Difabel di Temanggung

Difabel Penjual Kopi Keliling, Inspirasi dan Motivasi Sesama Difabel di Temanggung

Slawipos.com – Difabel Penjual Kopi Keliling, Inspirasi dan Motivasi Sesama Difabel di Temanggung, Meski memiliki keterbatasan fisik, Marsiana (57) tidak pernah menyerah untuk mencari nafkah dengan berjualan kopi keliling. Ia juga aktif sebagai Ketua Difabel Kabupaten Temanggung, yang berusaha memberikan wawasan dan pelatihan kepada rekan-rekannya sesama difabel.

Marsiana adalah salah satu peserta acara “Ngopi Bareng” lintas sektor dan elemen, yang digelar di halaman Kantor Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Temanggung, Jumat (11/8/2023). Ia membuka lapak jualan kopinya di sana, dan mendapat sambutan hangat dari para pengunjung yang ingin menikmati segelas kopi panas di tengah kabut tebal dan hawa dingin.

Marsiana mengatakan, ia mulai berjualan kopi keliling empat tahun lalu, setelah terkena PHK dari warung lesehan tempatnya bekerja. Ia terinspirasi dari video di youtube tentang orang jualan kopi keliling di Yogyakarta. Ia pun memulai usahanya dengan modal Rp250 ribu saja.

“Saya tidak ingin selalu dikasihani, saya ingin mandiri hidup. Meski saya disabilitas saya tetap optimistis menjemput rezeki halal dengan berjualan kopi keliling,” ujarnya.

Baca Juga :   Petani Tembakau di Gunung Prau Gelar Wiwitan Panen Mbako

Awalnya, ia berjualan dengan sepeda motor roda dua. Namun, ia mengalami kesulitan saat hujan atau terik. Kemudian, ia mendapat bantuan motor roda tiga dari Kementerian Sosial RI, yang membuat usahanya semakin lancar. Kini, ia bisa meraup pendapatan antara Rp75 ribu sampai Rp100 ribu per hari. Ia biasanya berjualan di sebelah timur Mako Polres Temanggung, atau mengikuti event-event tertentu.

Marsiana juga berperan sebagai Ketua Difabel Kabupaten Temanggung, yang memiliki anggota kurang lebih 5.000 orang. Ia ingin memberikan motivasi kepada rekan-rekannya sesama difabel, agar tetap bersemangat menjalani hidup, menjemput rezeki dan tidak perlu berkecil hati.

“Kadang difabel itu enggak berani keluar rumah, utamanya karena rasa minder. Maka dari situ kita cari, kita kumpulkan kita berikan wawasan, bahwa kita punya keterbatasan itu tidak sendiri. Ini kehendak Ilahi, tapi harus kita syukuri, satu kekurangan bisa kita buat menjadi sebuah kelebihan disabilitas yang tidak semua orang bisa melakukannya,” katanya.

Ia juga berkolaborasi dengan instansi-instansi yang ada, agar bisa memberikan pelatihan kepada difabel. Upayanya membuahkan hasil, banyak rekan-rekannya yang sebelumnya merasa minder, kini melalui pelatihan program usaha mandiri bisa bangkit dan berkarya.

Baca Juga :   Manfaatkan Medsos Desa untuk Pasarkan Potensi Lokal, Dinkominfo Temanggung Monev KIM

“Saya ingin difabel di Temanggung bisa mandiri dan produktif. Saya ingin difabel di Temanggung bisa menjadi inspirasi dan motivasi bagi sesama difabel,” tuturnya.