Mendongeng dengan Boneka, Cara Unik Pekalongan Tingkatkan Minat Baca Anak

Mendongeng dengan Boneka, Cara Unik Pekalongan Tingkatkan Minat Baca Anak

Pekalongan – Mendongeng dengan Boneka, Cara Unik Pekalongan Tingkatkan Minat Baca Anak, Dalam rangka Festival Literasi Kota Pekalongan, Pemerintah Kota Pekalongan mengajak para pelajar untuk mendongeng dengan menggunakan teknik ventriloquist, yaitu berbicara dengan boneka tanpa menggerakkan bibir. Tujuannya adalah untuk meningkatkan minat baca anak, sekaligus mengajarkan berbagai hikmah kehidupan.

Salah satu ventriloquist asal Kota Pekalongan, Imi, mengatakan bahwa mendongeng dengan boneka lebih menyenangkan daripada mendongeng biasa. Ia dan bonekanya, Mela, sering membawakan berbagai jenis cerita, mulai dari fabel, sejarah, cerita nabi, hingga cerita moral.

“Setelah berkiprah, saya melihat anak-anak semakin semangat membaca, dengan membawa boneka. Mereka bisa rajin membaca tanpa tertekan dan tidak terkesan disuruh,” ujarnya.

Kepala bidang perpustakaan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Dinarpus) Kota Pekalongan, Ismanto, menuturkan bahwa mendongeng memiliki keterkaitan dengan sumber bacaan. Ia berpendapat bahwa mendengarkan cerita dapat menumbuhkan minat baca pada anak, terutama jika menggunakan alat peraga.

“Hubungan antara mendongeng dengan sumber bacaan ini erat ya, dan ketika mendengar cerita yang dibawakan orang lain, tentunya kan lebih tertarik apalagi kalau menggunakan alat peraga, nantinya akan berimbas pada ketertarikan untuk membaca cerita atau bacaan lain,” ujarnya.

Baca Juga :   KIM Kraton Kidul Pamerkan Batik dan Teknologi di Surabaya, Wali Kota Pekalongan Bangga

Selain mendongeng dengan boneka, Festival Literasi Kota Pekalongan juga menggelar gerakan serentak membaca 15 menit yang diikuti oleh ribuan pelajar dari tingkat SD hingga perguruan tinggi. Nathanie Lauren Koswadi, siswi kelas IX SMP PIUS Kota Pekalongan, mengaku bahwa membaca menjadi kegiatan rutin yang bermanfaat bagi dirinya.

“Dalam sehari memang harus disediakan waktu untuk membaca terutama membaca buku fisik. (Itu) mungkin awalnya membaca bisa untuk mengisi waktu luang aja, tetapi kalau sering dilakukan nantinya bisa menjadi suatu kebiasaan yang sayang banget kita tinggalkan,” katanya.

Paulina Sri Haryanti, guru SMP PIUS Kota Pekalongan, menyampaikan apresiasi atas gerakan membaca 15 menit yang diselenggarakan oleh Pemkot Pekalongan. Ia berharap gerakan ini bisa menumbuhkan kecintaan pelajar untuk kembali membaca buku, tidak hanya buku ajar, melainkan jenis buku lain yang digemari.

“Sekolah kami secara rutin juga sudah menggalakkan 15 menit membaca. (Pembelajaran) hari Rabu kita isi dengan literasi keimanan, Kamis kita berikan kegiatan untuk meningkatkan literasi, dan numerasi pada hari Jumat. Harapannya semoga siswa terbiasa membaca, menambah pengetahuan. Dengan terbiasa membaca, juga diharapkan bisa menyaring berita-berita terkini dengan baik,” tuturnya.

Baca Juga :   Museum Batik Pekalongan Luncurkan Aplikasi Sidakon Mustika

Bunda Literasi Kota Pekalongan, Inggit Soraya, menjelaskan bahwa gerakan Ayo Membaca merupakan salah satu upaya untuk menghadapi era digital yang telah mengubah kebiasaan pelajar. Ia ingin membaca tidak hanya digemari generasi muda, tetapi juga seluruh kategori usia.

“Sesuai dengan arahan dari pusat, dari KPK, artinya program desa antikorupsi ini tentunya sebagai bentuk implementasi yang harus benar-benar dilakukan oleh pemerintah desa untuk membangun, mengembangkan, dan memajukan desanya masing-masing dengan sebaik-baiknya. Praktik ini akan meminimalisir praktik korupsi, dan melaksanakan pemerintahan desa bersih dan transparan,” katanya.***