Slawi  

Faktor Ekonomi dan Broken Home Picu Gangguan Jiwa di Slawi, 117 Orang Terdata

Ilustrasi orang gangguan jiwa dan mental

Slawipos.com – Faktor Ekonomi dan Broken Home Picu Gangguan Jiwa di Slawi, 117 Orang Terdata, Gangguan kesehatan jiwa menjadi salah satu masalah yang dihadapi oleh masyarakat di Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal. Berdasarkan data dari Puskesmas Slawi, ada 117 orang yang tercatat sebagai Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di kecamatan tersebut.

Programer Layanan Kesehatan Jiwa (Keswa) Puskesmas Slawi Andi Amirudin Faqih mengatakan, pihaknya terus melakukan pendampingan dan pemberian obat kepada para ODGJ setiap sebulan sekali. Obat-obatan tersebut gratis dengan menggunakan BPJS dan resep dokter.

“Kalau pasien tidak bisa datang ke puskesmas atau RSUD, kita yang mengunjungi ke rumahnya. Kita juga memberikan konseling dan edukasi kepada keluarga pasien agar bisa membantu proses penyembuhan,” ujarnya, Kamis 14 Juli 2023.

Andi mengatakan, jumlah ODGJ di Kecamatan Slawi cenderung meningkat setiap bulannya. Ia mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan gangguan jiwa, seperti faktor ekonomi, broken home, trauma, stres, dan lainnya.

“Penyebab gangguan jiwa cenderung karena faktor ekonomi. Utamanya pasca pandemi Covid-19 lalu. Banyak orang yang kehilangan pekerjaan atau pendapatan dan merasa tertekan. Faktor lainnya, karena broken home atau keluarga berantakan. Mirisnya, mayoritas kasus itu ditemukan pada usia remaja,” katanya.

Baca Juga :   Polres Tegal Gelar Pemeriksaan Kendaraan Bermotor Operasional Jelang Pemilu 2024

Untuk mendeteksi gejala awal gangguan jiwa, Andi mengatakan, pihaknya juga melakukan Self Reporting Questionnaire (SRQ) atau kuesioner yang dikembangkan oleh World Health Organization (WHO). Kuesioner ini terdiri dari 20 pertanyaan yang berkaitan dengan kondisi psikologis seseorang.

“Kuesioner ini dibuat untuk mendeteksi gejala awal gangguan kejiwaan, yang terdiri dari 20 pertanyaan, jika pasien menjawab Ya lebih dari 6 nantinya akan diberi konseling lebih lanjut,” ujarnya.

Andi berharap, dengan adanya layanan kesehatan jiwa ini, masyarakat bisa lebih peduli dan sadar akan pentingnya menjaga kesehatan jiwa. Ia juga mengimbau agar masyarakat tidak mengucilkan atau mendiskriminasi ODGJ, tetapi memberikan dukungan dan bantuan kepada mereka.

“Kesehatan jiwa itu sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Jangan sampai kita mengabaikan gejala-gejala gangguan jiwa yang mungkin dialami oleh diri sendiri atau orang lain. Jika ada yang membutuhkan bantuan, jangan ragu untuk menghubungi puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya,” tutupnya.